Kalau kita perhatikan secara seksama penjual di pasar-pasar tradisional sampai di hypermarket, mereka yang mampu melampui omzet penjualan adalah mereka yang pandai menyiasati kelemahan konsumen. Pernahkah kita merasa tersanjung ketika ada SPG cantik mengatakan " Baju ini cocok sekali untuk Bapak, warnanya juga pas...."(sambil senyum manis). Wah jadi klepek-klepek alias grogi nih. Ketika melihat harganya mahal kita jadi berpikir juga- beli atau tidak, ada rasa malu dan gengsi juga kan?
Di Pasar tradisional, saya pernah ditanya "nyari apa mas?", saya jawab "nggak nyari apa-apa mbak, ngliat aja dulu"(soalnya saya termasuk gak bisa menolak atau bilang 'tidak' waktu itu). Di tempat lain saya juga bertanya "mbak ada celana hitam ukuran 29", kemudian mbaknya mengatakan " celana hitam ukuran 29 ya mas?", "iya mbak", saya merasa nyaman dengan mbaknya yang ini dan akhirnya setelah melihat harga dan bahannya saya akhirnya membeli celana tersebut.
Perhatikan juga contoh berikut ini!
Kejadian ini di alami pak Hendrik Ronald (maklum saya lagi seneng banget baca buku beliau) waktu di airport batam, seorang anak berkata pada ayahnya, Ayah, lihat....itu pesawat yang merah sedang terbang!". Ayahnya merasa malu karena suara anaknya terdengar keseluruh executive louge. Maka sang ayah berkata,"Hus, diam!Jangan ribut!". Sang anak berteriak lagi ,"Ayah lihaaaaaat, itu pesawat yang warna merah sedang terbang!!"Dia malah berteriak makin keras. Sang ayah juga makin panik, "Iya,Hussh. Ayo duduk tenag-tenang!!". Sang anak bukannya diam malah semakin bersemangat teriak lagi.
Perhatikan contoh ini juga!
Di sebuah hotel, seorang bos ngomong ke staffnya, "Lantai ini tolong dibersihkan semua dari sisa-sisa minyak ya!". Lalu staff cuma ngangguk saja sambil jalan lagi. Maka si boss naik pitam dan mengulangi lagi,"Eh denger nggak sih?Saya bilang lantai ini harus bersih dari sisa minyak. Lalu staff tersebut menjawab,"Iya pak, lantainya dibersihkan dari sisa minyak kan?". Barulah sang boss pergi sambil menggerutu, "Dasar susah dikasih tahu!!masih ngeyel lagi!"
PEMBAHASAN
Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah ingin didengarkan dan dimengerti. Sebagai apapun kita,entah itu sebagai konsumen, sebagai bapak, bos, karyawan, istri, anak, adik,teman, pacar, suami, istri, kita pasti ingin didengarkan dan dimengerti kan?
Yang saya maksud dengan melempar kata-kata adalah mengulangi apa yang disampaikan oleh lawan bicara kita. Dengan begitu, ternyata orang yang kita ajak bicara merasa di perhatikan,didengarkan dan dimengerti.. Pada kasus di atas, saya tertarik membeli celana karena setelah diulas ternyata sang penjual mengulangi apa yang saya inginkan, saya merasa nyaman dan akhirnya membeli.
Pada kasus di air port, seandainya ayah mengulang kata-kata anaknya, yaitu sang ayah mengatakan, "Iya adik, betul pesawat yang warna merah terbang yah...?" Maka sang anak akan langsung senang dan justru makin lengket dekat sama ayahnya.
Begitu juga dengan staff di hotel, seandainya dia langsung mengulang apa yang diinginkan bosnya, maka dia tidak akan dimarahi.
Didunia sales, mengulangi ini bahkan dinamakan sebagai jurus porcupine (Landak). Misalnya customer berkata, "ini ada yang warna biru?"Maka yang kita lakukan adalah lemparkan kembali pertanyaannya, "Bapak mau yang warna biru?". Dengan demikian saat klien menjawab, 'Iya, saya mau yang biru," maka dia yang meyakinkan dirinya untuk membeli warna biru. Kita nggak perlu repot-repot meyakinkan klien lagi, langsung jabat tangan (deal).
Semua orang (tidak harus sarjana) pasti bisa mempraktikan cara pengulangan atau bahasa kerennya repetition.
Selamat Mencoba!
(kunjungi : www.hendrikronald.com )
0 Response to "Bukan Lempar Batu Sembunyi Tangan,Tapi lempar "kata-kata"...jabat tangan (cara 'bodho' menembus hati konsumen) "
Post a Comment